Rabu, 14 Desember 2011

Unteroffizier Robert Rahlenbeck (1923- ), Sang Penghancur Tank Soviet yang Menyesal di Hari Tua

 
Unteroffizier Robert Rahlenbeck

Robert Rahlenbeck lahir di Westphalia, 4 Desember 1923. Ia bergabung dengan Heer (Angkatan Darat) pada bulan April 1942. Setelah menjalani pelatihan dasar, ia ditempatkan di Jäger-Regiment 38 yang merupakan bagian dari 8. Jäger-Division.

Bersama rekan-rekannya, ia ikut bertempur di Demyansk, Agustus 1943. Resimen Rahlenbeck ditempatkan di sebelah selatan Staraya Russa di Penna dan diperintahkan untuk menahan gerak laju tentara Uni Soviet. Dikarenakan kondisi alam yang begitu berlumpur, sehingga penggalian parit dibatalkan, maka untuk menyiasatinya, Rahlenbeck dan dua orang kawannya bersembunyi di sebuah tank T-34 milik Uni Soviet yang merupakan rampasan, dan bersiap menanti kedatangan musuh di balik tembok setinggi dua meter.

Dari kejauhan, terdengar suara roda tank Soviet (kebetulan berjenis sama, T-34) yang menyusuri jalan dan maju dengan meyakinkan ke arah pertahanan Rahlenbeck. Rahlenbeck dan kawan-kawannya terkejut. Jumlah tank yang mendekat mencapai puluhan.

Rahlenbeck tidak mau tergesa-gesa menghujani semua "tamu tak diundang" itu dengan tembakan meriam dan senapan mesin. Ia menunggu mereka mendekat. Sedikit demi sedikit musuh mendekat. Setelah Rahlenbeck yakin mereka dalam keadaan berdiam diri, maka dimulailah serangan kejutan untuk tank-tank Soviet itu.

Dalam pertempuran sengit yang terjadi kemudian dan berlangsung dari tanggal 21-23 Agustus 1943, Rahlenbeck sebagai seorang gunner telah menghancurkan tidak lebih dari 23 tank Soviet, dan prestasinya yang terdahsyat terjadi di hari akhir pertempuran, sebanyak 18 tank Soviet berhasil ia hancurkan hanya dalam waktu 90 menit.

Di hari yang sama (23 Agustus 1943), tak lama setelah pertempuran berakhir, dan resimen Rahlenbeck berhasil mempertahankan posisi mereka, datang pengumuman yang memberi tahukan bahwa Gefreiter Robert Rahlenbeck dari kompi ke-16 di Jäger-Regiment 38 telah dianugerahi penghargaan Ritterkreuz. Medali ini baru tiba dan diterima Rahlenbeck tiga hari kemudian.

Hingga saat ini, Rahlenbeck masih hidup. Yang unik darinya, ia tidak pernah merasa bangga dengan Ritterkreuz yang ia dapatkan mati-matian, tidak bahkan ketika ia mendapatkan cuti untuk pulang ke kampung halamannya, dan datang turun dari kereta api dengan disambut begitu meriah oleh para pejabat kampung dan partai lokal. Saat tahun semakin bertambah, ia semakin merasakan penyesalan bahwa di tangannya telah terbunuh begitu banyak manusia lain, yang ia kirim ke alam baka hanya karena mereka berada di pihak yang "berbeda". Karena itulah Rahlenbeck tidak pernah mau menanggapi permintaan tanda tangan dan foto bersama dari para pengagumnya.

Ritterkreuz-nya sendiri kemudian ia jual dengan harga 2.000 BDM

0 komentar: